Sunday, April 6, 2014

Cerita Nabi Musa as (Part.4)

Nabi Musa as berjalan melalui jalan yang tidak biasanya dilalui orang.  Nabi muas memasukin gurun dan ia menuju ke suatu tempat yang disitu Allah membimbingnya. Ini adalah pertama kalinya beliau keluar dan mengarungi gurun pasir sendirian. Kemudian nabi Musa tiba di suatu tempat yang bernama Madyan. Nabi Musa istirahat dan duduk-duduk di dekat sumur yang bersar dimana disitu orang-orang mengambil air untuk memberi minum binatang tunggangan mereka dan juga binatang gembalaan mereka. Nabi Musa as tidak membawa makanan selain daun-daun pohon. Nabi Musa as minum dari sumur-sumur yang ditemukannya di tengah jalan. Sepanjang perjalanan Nabi Musa merasakan ketakukan, jangan jangan firaun mengirim orang untuk menangkapnya. Ketika nabi Musa as sampai di kota madyan nabi Musa as berbaring di sisi pohon dan beristirahat. Nabi Musa as merasa lapar dan keletihan. Sandal yang dipakai olehhnya terlihat mulai rusak. Beliau tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli sandal baru, dan beliau juga tidak mempunya uang yang cukup untuk membeli minuman atau makanan.
Nabi Musa as memperhatikan kumpulan pengembala yang sedang mengambil air untuk kambing-kambing mereka. Nabi Musa as ingat bahwa ia sedang lapar dan haus. Ia berkata dalam hati : “Aku dapat memenuhi perutuku dengan air selama aku tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli makanan:, nabi Musa kemudian berjalan ke tempar air. Sebelum sampai, ia mendapati dua orang perempuan yang sedang memisah kambing-kambingnya agar jangan sampai tercampur dengan kambing orang lain. Melalui ilham, nabi Musa as merasa bahwa kedua wanita itu membutuhkan pertolongan. Nabi Musa as lupa terhadap rasa hausnya, lalu beliau menuju kea rah mereka dan bertanya, apakah ia dapat membantu mereka? Lalu seorang gadis yang  paling tua berkata :
“kami menunggu sampai selesainya para gembala itu mengambil air untuk binatang gembalaanmereka” lalu nabi Musa bertanya :

“Mengapa kalian tidak mengambil air sekarang?” kemudian gadis kecil berkata :

“Kami tidak mampu untuk berdesak-desakan dengan kaum pria”. Nabi Musa as keheranan karena mengetahui kedua gadis itu menggembala kambing. Seharusnya yang menggembala kambing adalah kaum pria. Itu merupakan tugas berat dan sangat melelahkan, tidak semestinya wanita menggembala.

“Mengapa kalian mengembala kambing” Gadis yang kecil mengatakan lagi :

“Orang tua kami sudah tua dimana kesehatannya tidak dapat membantunya untuk keluar dari rumah dan mengembala kambing setiap hari”. Mendengar hal itu Nabi Musa as lalu berkata :
“Kalau begitu, aku akan membantu kalian untuk mengambil air itu”

Nabi Musa as berjalan menuju tempat air. Nabi Musa air mengetahui bahwa para pengembala meletakkan di atas bibir suatu air suatu batu besar yang tidak bisa digerakkan kecuali oleh sepuluh orang. Nabi Musa as merangkul dan mengangkatnya dari bibir sumur. Otot-otot nabi Musa as tampak menonjol saat memindahkan batu itu. Nabi Musa merupakan pria yang kuat. Akhirnya, nabi Musa as berhasil mengambil air untuk remaja putrid itu, dan kemudian ia mengembalikan batu itu ke tempatnya. Nabi Musa as kembali duduk di bawah naungan pohon. Saat itu nabi Musa as lupa untuk minum. Perut nabi Musa menempel ke punggungnya karena karena saking laparnya. Nabi Musa as mengingat Allah yang maha esa dan memanggil Nya dalam hati :

“Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudia dia kembali ketempat yang terduh lalu berdoa : “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang engkau turunkan kepadaku”  (Qs. 28 : 24)
Kedua gadis itu kembali ke rumah ayahnya. Si ayah bertanya :

“Hari ini kalian kembali lebih cepat dari biasnaya?”
Gadis yang paling tua berkata :

“Sungguh hari ini kami sangat beruntung. Wahai ayah, kami bertemu dengan seorang pria yang mulia yang mengambilkan air bagi hewan kami sebelum orang-orang lain mengambilnya”
Si ayah berkata

“Alhamdulullah”

Gadis yang paling kecil berkata

“saya kira wahai ayahku dia datang dari tempat yang jauh dan tampak ia sedang lapar. Saya melihat dia dalam keadaan kecapaian meskipun ia seorang pria yang kuat”
Lalu si ayah berkata kepada anak perempuannya :

“Pergilah engkau padanya dan katakana, sesungguhnya ayahku memanggilmu untuk memberimu upah atas jasamu mengambilkan air untukku”.
 Kemudian anak perempuan itu pergi menemui Nabi Musa as dalam keadaan hatinya berdebar-debar. Perempuan itu berdiri di depan Nabi Musa as dan menyampaikan surat dari ayahnya. Nabi Musa as bangkit dari tempat duduk dan pandangannya tertuju ke bawah. Nabi Musa as tidak bermaksud mengambilkan air untuk mereka dengan tujuan mengharapkan upah dari mereka. Beliau membantu mereka hanya semata-mata karena Allah SWT. Beliau merasakan dalam dirinya bahwa Allah SWT lah yang menggerakkan beliau untuk membantu mereka.
Gadis itu berjalan di depan Nabi Musa as kemudian bertiuplah angin dan menyentuh pakaiannya sehingga nabi Musa as menunduk padangan matanya karena merasa malu. Nabi Musa as berkata kepada gadis itu :

“saya akan berjalan di depanmu dan tunjukkanlah jalan padaku”.
 Mereka pun sampai di kediaman si ayah. Sebagian ahli tafsir mengatakan bawah si saya ini adalah Nabi Syu’aib as. Beliau memperoleh usia panjang setelah kematian kaumnya. Orang tua itu menghidangkan kepada nabi Musa as makan siang dan bertanya kepadanya dari mana ia datang dan kemudian ke mana ia akan pergi,
Nabi Muas as mengungkapkan ceritanya. Orang tua itu berkata kepadanya, jangan khawatir dan jangan takut. Engkau akan selamat dari orang-orang yang lalmi. Negeri ini tidak tunduk pada mesir dan mereka tidak akan sampai di sini. Mendengar ucapan itu, nabi Musa as menjadi tenang dan bangkit untuk pergi. Salah seorang anak perempuan itu berkata kepada ayahnya dengan berbisik :

“wahai ayahku, berilah dia upah. Sesungguhnya engkau akan memberikan upah kepada seorang yang kuat dan jujur”

Si ayah bertanya kepadanya :

“bagaimana engkau mengetahui dia seorang lelaki yang kuat”
Anak perempuannya menjawab

“Saya lihat sendiri ia mengangkat batu yang tidak mampu diangkat oleh sepuluh orang lelaki”
Si ayah bertanya lagi :

“Bagaimana engkau mengetahui bahwa dia seorang yang jujur”

Perempuan itu menjawab :

“Ia menolak untuk berjalan di belakangku dan ia berjalan di depanku sehingga ia tidak melihatku saat aku berjalan. Dan selama perjalanan saaat aku berbincang-bincang denganya, dia sellau menundukkan matanya ke tanah sebagai rasa malu dan adab yang baik darinya”

Kemudian orang tua itu memandangi Nabi Musa as dan berkata kepadanya :

“Wahai Musa, aku ingin menikahkanmu dengan salah satu putriku. Dengan syarat, hendaklah engkau bekerja menggembala kambing bersamaku selama delapan tahun. Seandainya engkau menyempurnakan sepuluh tahun maka itu adalah kemurahan darimu. Aku tidak ingin menyusahkanmu, sungguh insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang saleh”
Nabi Musa as kemudian berkata  :

“Ini adalah kesepakatan antara aku dan engkau dan Allah SWT sebagai saksi atas kesepakatan kita, baik aku akan melaksanakan pekerjaan selama delapan tahun maupun sepuluh tahun.  Setelah itu, aku bebas untuk pergi ke mana saja”
Allah SWT berfirman

“Kemudian datanglah kepada Musa seorang dari kedua wanita itu berjalan malu-malu, ia berkata :

“Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan) mu memberi minum (ternak) kami”. Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu’aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu’aib berkata :

“Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang lalim itu” Salah seorang dari kedua wanita itu berkata :

“Wahai bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang aling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. Berkatalah dia (Syu’aib)

“sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak berhak memberatkan kamu. Dan kamu insyaAllah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”. Dia (Musa) berkata :

“itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang aku ucapkan” (Qs. 28 : 25 – 28)
Lalu menikahlah nabi Musa as dengan salah satu anak gadis dari nabi SYu’aib as dan perjanjian yang telah ditentukan itu telah dijalankan dan dilaksanakan oleh Nabi Musa as.

Demikianlah nabi Musa mengabdi kepada Nabi Syu’aib as selama sepuluh tahun penuh. Pekerjaan Nabi Musa as terbatas pada keluar dari rumah di waktu pagi untuk mengembala kambing. Sepuluh tahun waktu yang dihabiskan oleh Nabi Musa as di Madyan merupakan suatu ketentuan yang dirancang oleh Allah SWT.

No comments:

Post a Comment