Tuesday, April 8, 2014

Cerita Nabi Musa as (Part.6)



Nabi Musa as berdiri dalam keadaan bingung dan tubuhnya tampak menggigil di tengah-tengah keluarganya.  Kemudian Nabi Musa as mengangkat kepalanya dan menyaksikan sesuatu dari jauh. Sesuatu yang beliau saksikan adalah api yang sabat besar yang menyala-nyala dari kejauhan. Maka hati bai  Musa as dipenuhi dengan rasa gembira. Ia berkata kepada keluarnya :

“Aku melihat api di sana”

Lalu beliau memerintahkan kepada mereka untuk tinggal di tempatnya sehingga beliau pergi ke api itu. Mungkin di sana beliau mendapatkan sesuatu berita atau akan menemukan seseorang yang dapat memberinya petunjuk sehingga beliau tidak tersesat, atau beliau dapat membawa segian api yang menyala sehingga tubuh mereka menjadi hangat.
Keluarganya melihat api yang diisyaratkan oleh nabi Musa as tetapi sebenarnya mereka tidak melihat sesuatu apapun. Mereka tetap menantinya dan duduk sambil menunggu kedatangan nabi Musa as. Nabi Musa as bergera menuju ke tempat api. Nabi Musa as segera berjalan dan menghangatkan tubuhnya, sementara tangan kanannya memegang tongkatnya dan tubuhnya tampak basah kuyup karena hujan. Nabi Musa as tetap berjalan sampai ia mencapai suatu lembah yang bernama Thua’. Beliau menyaksikan sesuatu yang unik di lembat ini. Di lembah itu tidak ada rasa dingin dan tidak ada angina yang bertiup. Yang ada hanya keheningan. Nabi Musa as mendekati api. Belum lama beliau mendekatnya sehingga beliau mendekar suara panggilan :

“Maka tatkala dia tiba di (tempat) api itu, diserulah dia : ‘bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan maha suci Allah, Tuhan semesta alam (Qs. 27 : 8)

TIba tiba nabi Musa as berhenti dan badannya menggigil. Suara itu tampak terdengar dan datang dari segala tempat dan berasal dari tempat tertentu. Nabi mua as melihat api dan beliau kembali merasa menggigil. Nabi Musa as melihat api dan beliau kembali merasa menggigil. Beliau mendapati suatu pohon hijau dari duri dan setiap kali pohon itu terbakar dan berkobarlah api darinya maka pohon itu justeri semakin menghijau. Seharusnya pohon itu berubah warnah menjadi hitam saat terbakar, tetapi anehnya api justru meningkatkan warna hijaunya. Nabi Musa as tetap menggigil mekipun beliau merasakan kehangatan dan tampak mulai berkeringat.
LEmbah tempat nabi Musa as berdiri adalah lembah Thua’. Nabi Musa as meletakkan kedua tangannya di atas kedua matanya karena saking dahsyatnya cahaya. Beliau melakukan yang demikian itu sebagai usaha untuk melindungi kedua matanya. Kemudian nabi Musa as bertanya dalam dirinya”

“INi cahaya atau api?” Tiba tiba beliau tersungkur ke tanah sebagai wujud rasa takut, lalu Allah SWT memangggil :

“Maka ketika ia datang ke tempat itu ia dipanggil: wahai Musa” (QS. 20 : II)
Nabi Musa as mengangkat kepalanya dan berkata :

“Ya”

Allah berkata :
Sesungguhnya aku inilah Tuhanmu, maka tinggalkanlah kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, thuwa’ (Qs. 20 : 12)
Nabi Musa as ruku dan melepas kedua sandalnya, kemudian Allah SWT kembali berkata :

“Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku. Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku merahasiakan (waktuhny) agar supaya tiap tipa dari itu dibalas dengan apa yang diusahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan darinya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu binasa. “Qs. 20 : 13 – 16)
Nabi Musa as semakin gemetar saat beliau menerima wahyu Ilahi dan saat berdialog dengan Allah SWT. Allah yang maha pengasih dan penyayang itu berkata :

“Apakah itu yang ada di tangan kanamu, hai Musa?” (Qs. 20 : 17)
Bertambah keheranan nabi Musa as. Allah SWT adalah zat yang mengajaknya berbicara dan tentu lebih mengetahui dari nabi Musa as tentang apa yang dipegangnya, lalu mengapa Allah SWT bertanya kepada jika memang Dia lebih mengetahui darinya. Tak ragu lagi bahwa di sana ada hikmah yang tinggi. Nabi as menjawab pertanyaan itu dengan suara yang tampak menggigil :

“Berkata Musa : “ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan abgiku ada lagi kepeluan yang ada padanya” (qs. 20 : 18)
Allah befirman : lemparkanlah ia, hai Musa! (Qs : 20 : 19)
Nabi Musa as melemparkan tongkatnya dari tangannya dan rasa herannya semakin menjadi-jari. Tiba-tiba nabi Musa as dikagetkan ketika melihat tongkat itu menjadi ular yang besar. Ular itu bergerak dengan cepat. Nabi Musa as tidak mampu lagi menahan rasa takutnya. Nabi Musa as merasa tubuhnya bergetar karena rasa takut. Nabi Musa as membalikkan tubuhnya karena takut dan ia mulai lari. Belum lama ia lari, belum sampai dua langkah, Allah SWT memanggilanya :

“Dan lemparkanlah tongkatmu”, maka tatkala (tongkat itu menjadi luar) dan Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular yang gesit. Larilah ia berbalik kebelakang tanpa menoleh. “Hai Musa, janganlah kamu takut, sesungguhnya orang menjadi rasul, tidak takut di hadapanku” (Qs  27 :10)
“Hai Musa, datanglah kepadaKu dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman” (qs. 28 : 31)
Nabi Musa as kembali memutar badannya dan berdiri. Tongkat itu tampak bergerak dan ular itupun tetap bergerak. Allah SWT berkata kepada Musa :

“Peganglah ia dan janganlah takut, kami akan mengembalikan kepadanya keadaannya semula” (qs. 20 :21)
Nabi Musa as mengulurkan tangannya ke ular itu dalam keadaan menggigil. Nabi Musa as belum sempat menyentuhnya sehingga ular itu menjadi tongkat. Demikianlah perintah Allah SWT terjadi dengan cepat. Kemudian Allah SWT memerintahkan kepadanya :

“Masukanlah tangganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan kamu hadapkan kepada Fir;aun dan pembesar-pembesaranya). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Qs : 28 : 32)

Nabi Musa as meletakkan tangannya di kantorngnya lalu ia mengeluarkannya dan tiba-tiba tangan itu bersinar bagaikan bulan. Kembali rasa kagum Nabi Musa as bertambah. Lalu ia meletakkan tangannya di dadanya sebagaimana diperintahkan Allah SWT padanya sehingga rasa takutnya benar-benar hilang.
Nabi Musa as merasa tenang dan terdiam. Kemudian Allah SWT memerintahkan kepadanya setelah beliau melihat kedua mukjizat itu, yaitu mukjizat tangan dan mukjizat tongkat untuk pergi menemui Firaun dan berdakwah kepadanya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, dan Allah SWT memerintahkan kepadanya untuk mengeluarkan Bani Israil dari mesir. Nabi Musa as manampakkan rasa takutnya kepada Fir’aun. Nabi Musa as berkata bahwa ia telah membunuh seseorang di antara mereka dan beliau khawatir mereka akan membunuh dan membalasnya. Nabi Musa as meminta kepada Allah SWT dan memohon kepada-Nya agar mengirim saudaranya Nabi Harun as bersamanya. Allah SWT menenangkan Nabi Musa as dengan mengatakan bahwa dia akan selalu bersama mereka berdua. Dia mendengar dan menyaksikan gerak-gerik dan perbuatan mereka. Meskipun Firaun terkenal dengan kejahatannya dan kekuatannya, namun kali ini Fir’aun tidak akan mampu menggangu atau menyakiti mereka. Allah SWT memberitahu Nabi Musa as, bahwa Dia-lah yang akan menang. Nabi Musa as berdoa dan memohon kepada Allah SWT agar melapangkan hatinya dan memudahkan urusannya serta memberinya kekuatan dalam berdakwah di jalan-Nya.
Allah SWT telah memilih Nabi Musa as. Itu adalah salah satu puncah kemuliaan di mana tidak ada seorang pun di zaman itu yang mampu mencapainya selain nabi Musa as. Nabi Musa as kembali untuk menemui keluarganya setelah Allah SWT memilihnya sebagai rasul dan utusan untuk berdakwah ke Fir’aun. Akhirnya. Nabi Musa as beserta keluarganya berjalan menuju ke Mesir. Hanya Allah SWT yang mengetahui pikiran-pikiran apa yang terlintas di dalam diri Nabi Musa as saat beliau mengayunkan langkahnya menuju ke mesir.
Nabi Musa as mengetahui bahwa Fir’aun adalah orang yang jahat. Fir’aun akan berusaha memberhentikan langkah dakwahnya dan firaun akan menentangnya tetapi Allah SWT memerintahkannya untuk pergi ke firaun dan berdakwah kepadanya dengan kelembutan dan kasih sayang. Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Musa as bahwa Firaun tidak akan beriman tetapi Nabi Musa as tidak peduli dengan hal itu. Beliau diperintahkan untuk melepaskan bani israil yang sedang disiksa oleh Firaun.

No comments:

Post a Comment