Pertempuran
Moskow merujuk kepada upaya pertahanan ibukota Soviet, Moskwa dan serangan
balik terhadap pasukan Jerman yang berlangsung antara Oktober 1941 dan Januari
1942 di Front Timur pada Perang Dunia II.
Pada
tanggal 22 Juni 1941, Jerman dan sekutu-sekutunya menyerang Uni Soviet secara
mendadak. Setelah berhasil menghancurkan sebagian besar kekuatan udara Uni
Soviet pada saat masih berada di daratan, pasukan Jerman berhasil masuk jauh
kedalam wilayah soviet dengan menggunakan taktik perang kilat atau Blitzkrieg.
Divisi lapis baja dengan memakai gerakan menjepit berhasil memerangkap dan
menghancurkan hampir keseluruhan tentara Soviet yang tersisa. Pasukan Jerman
sendiri terbagi menjadi tiga divisi yaitu Divisi Utara yang bertugas untuk
menguasai Leningrad, Divisi Tengah yang bertugas merebut Moskow, dan divisi
Selatan yang bertugas merebut wilayah.
Pertahanan
tentara Soviet sudah berada diujung tanduk, korban yang jatuh begitu banyak.
Tinggal menunggu waktu saja kejatuhan dari Moskow. Pada awal Agustus 1942,
Jerman berhasil merebut Smolensk, sebuah kota strategis pada arah menuju
Moskow. Namun, pertempuran di Smolensk sendiri telah mengakibatkan Jerman harus
menunda serangan ke Moskow sampai akhir September 1941. Keterlambatan ini
sedikit banyak mengganggu strategi perang Blitzkrieg yang mengutamakan kecepata
gerak, dan keterlambatan ini juga yang memberikan waktu cukup banyak bagi
Tentara Soviet untuk mengonsolidasikan diri. Setelah melakukan persiapan, pada
tanggal 2 Oktober 1941, Divisi Tengah dibawah Marshall Fedor Von Bock menyerang
Moskow dengan kode Operasi Topan.
Tentara
Soviet di Front Barat, Front cadangan, Front Bryansk, dan front Kalinin,
mempertahankan wilayah Moskow, mengalami banyak korban namun tetap bertempur
mati-matian. Pada 10 Oktober 1941. Marshall Georgi Zhukov mengambil alih
pimpinan front Barat dan Pertahanan Moskow.
Kota
Moskwa sekarang telah menjadi sasaran bagi serangan udara. Penduduk telah
diperintahkan untuk membangun barikade di jalanan, bahkan pertahanan dibangun
sampai ke wilayah Kremlin sebagai pusat pemerintahan. Pejabat-pejabat
Pemerintahan Soviet, kecuali Stalin,telah pindah ke kota Kuybyshev (Samara,
nama saat ini). Tujuan Stalin untuk tetap tinggal di Moskwa adalah untuk
memberi contoh dan meningkatkan moral pasukan serta penduduk. Untuk menunjukan
keinginan kuat dari tentara Soviet, Stalin pernah memerintahkan tentara Soviet
pada perayaan revolusi 7 November untuk melakukan parade di Lapangan Merah,
dimana pasukan yang melakukan parade berbaris langsung ke garis depan.
Dilain
pihak, Gerak maju Jerman telah mengalami penurunan. Pasukan Jerman sempat lumpuh
sebagian akibat hujan turun, mengakibatkan jalan-jalan yang dilalui menjadi
kubangan lumpur. Pada November 1941, Musim dingin di Rusia di mulai, masalah
jalanan memang dapat teratasi karena jalanan kembali mengeras. Namun dilain
pihak, pada saat musim dingin tersebut, tentara Jerman tidak dilengkapi dengan
pakaian musim dingin, sebagai akibat prediksi Hitler yang menganggap Uni Soviet
dapat jatuh di musim panas atau dalam waktu 2 bulan dari saat invasi awal
dilakukan. Tidak hanya pakaian musim dingin yang kurang, peralatan Jerman
seperti tank, persenjataan, dan kendaran-kendaraaan lainnya juga mogok akibat
cuaca dingin dibawah 0° Celcius. Bahkan musim dingin yang terjadi pada saat
itu, dianggap oleh orang Rusia sendiri sebagai yang paling dingin dari yang
pernah terjadi sebelumnya.
Pembangunan
Pertahanan Soviet di depan kota Moskwa sendiri dilakukan secara tergesa-gesa.
Pemimpin Soviet mengirim ribuan sukarelawan dan rekrutmen ke medan perang,
bahkan termasuk diantaranya batalyon wanita langsung menuju senapan mesin. Di
front Moskow-lah istilah Panfilovec menjadi istilah terkenal, mengambil nama
I.V. Panfilov, komandan divisi senapan ke-316, yang tewas mengorbankan dirinya
dalam pertempuran melawan tank Jerman. Hanya sedikit tentara Soviet yang
selamat dalam pertempuran itu, dengan meninggalkan korban tentara Jerman yang
tidak sedikit.
Pada
27 November 1942, Tentara Jerman pernah sempat mencapai posisi paling timur
dari invansi mereka ke Uni Soviet. Sebuah kelompok patroli tentara Jerman
berhasil menguasai sebuah stasiun kereta api berjarak 27 kilometer diluar kota
Moskwa, sebelum berhasil diusir oleh pasukan pertahanan Soviet.
Pada
5 Desember 1941, setelah melihat gerak lambat pasukan Jerman dan mulai
melemahnya semangat tempur mereka. Marshall Zhukov kemudian melancarkan
serangan balik terbesar terhadap Tentara Jerman. Serangan balik dilakukan
disemua sektor garis depan Moskow pada tanggal 6 Desember 1941. Sepanjang musim
gugur, Zhukov secara diam-diam memindahkan tentara soviet dari Siberia yang masih
segar dan bersenjata lengkap untuk mempertahankan Moskow. Namun, keberadaan
pasukan ini sengaja ditahan, sampai tiba saatnya dilepas untuk melakukan
serangan pada tanggal yang telah ditentukan. Zhukov mengandalkan informasi dari
Richard Sorge, mata-mata Rusia, yang mengatakan bahwa Jepang tidak akan
menyerang Uni Soviet. Informasi ini dipercaya, karena sebelumnya Sorge pernah
memberikan informasi tepat mengenai invasi Jerman ke Uni Soviet (Operasi
Barbarossa).
Disaat
tentara Jerman telah terlalu dekat dengan pusat Kota Moskow, Zhukov langsung
memerintahkan divisi Siberia tersebut untuk menghadapi Jerman, divisi tersebut
yang dilengkapi dengan Tank T-34 dan peluncur roket Katyusha baru serta telah
siap dengan musim dingin berhasil memukul mundur pasukan Jerman yang telah
kehabisan tenaga, lelah dan mengalami demoralisasi sebagai akibat musim dingin
dan terlalu lama di medan perang. Pasukan Jerman dalam serangan tersebut
berhasil dipukul mundur hinggaa 100 sampai 250 kilometer dari kota Moskow pada
tanggal 7 Januari 1942. Pada bulan April 1942 Uni Soviet kembali
mengonsolidasikan diri setelah berhasil memukul mundur pasukan Jerman. Setelah
serangan balik itu, tentara Jerman tidak dapat lagi melakukan serangan dan
malah harus terus mundur. Mundurnya pasukan Jerman ini tidak lagi akan
mengancam kota Moskow. Kemenangan dalam pertempuran ini meningkatkan semangat
tentara dan rakyat Soviet, sedangkan bagi Jerman, kekalahan tersebut pada
akhirnya membuktikan bahwa tidak selamanya tentara Jerman tak terkalahkan dan kekalahan
mereka dalam pertempuran ini menunjukan kegagalan dari taktik perang
Blitzkrieg.
Setelah
pertempuran itu, Jerman mau tak mau harus mempersiapkan diri dalam pertempuran
panjang dan berdarah dalam menghadapi Soviet, namun kali ini, Soviet yang mengambil
inisiatif pertempuran. Menurut sumber terpercaya sources, sekitar 700.000
tentara merah terbunuh, luka atau hilang dalam fase pertahanan dan serangan
balik dan sekitar 250.000 tentara poros terbunuh, hilang atau luka-luka
sepanjang pertempuran berlangsung. Untuk mengenang kepahlawanan ini, Kota
Moskow dianugerahi penghargaan Kota Pahlawan pada tahun 1965, khusus untuk
memperingati 20 tahun kemenangan Soviet atas Nazi Jerman pada tahun 1945.
Sumber :
http://tryjakasanjaya.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment