Seperti yang telah dibahas pada cerita nabi yusuf bahwa nabi yusuf telah
berjuang, berdakwah mengajak masyarakat mesir untuk menyembah satu Tuhan yaitu
Allah. Namun setelah Nabi Yusuf as meninggal dunia, Sistem tahid diubah menjadi
system multi Ttuhan atau menyembah banyah tuhan. Hal ini diduga kuat karena
adanya campur tangan kelompok-kelompok elit yang berkuasa ketika itu. Karena
ketika mesir menganut system tauhid, mereka tidak mendapatkan perlakuan
istimewa, sehingga mereka mempunyai tujuan khusus untuk mengembalikan system
penyembahan kepada banyak tuhan. Selanjut masyarakat mesir pun mengikuti system
penyembahan Fir’aun. Lalu akhirnya mesir dipimpin oleh keluarga-keluarga
Fir’aun dan mereka mengklaim bahwa mereka merupakan tuhan atau wakil wakil tuhan.
Masyarakat mesir pada dasarnya merupakan masyarakat yang beradab, mereka
disibukkan dengan pembangunan peradaban. Mereka mempunyai kecenderungan
keagamaan yang kuat. Serta kelompok-kelompok masyarakat mesir meyakini
bahwa Fir’aun bukanlah tuhan, namun karena mendapat tentangan yang kuat dari
Fir’aun dan fir’aun memaksa agar kaumnya taat kepadanya, sehingga mereka pun
terpaksa mengakui dia sebagai tuhan, namun dalam kepura puraan dan
menyembunyikan keimanan dalam hati mereka. Berbagai macam Tuhan dengan bentuk
berhala pun banyak sekali di mesir. Ini bisa dimaklumi karena Fir’aun
menguasai berbagai macam tuhan dan ia mengisyaratkan dengan dan berbicara atas
namanya. Yang demikian itu sangat jelas di mesir. Ketika terdapat system multi
Tuhan di Mesir meskipun masyarakatnya meyakini tuhan utama, yaitu Fir’aun
kelompok elit yang berkuasa membatasi untuk hanya menyembah Fir’aun dan
melaksanakan perintah-perintahnya serta membenarkan tindakan semena-menanya.
Nabi Musa as merupakan anak laki-laki Imran bin Yash-har, dan bersaudara
dengan Nabi harun as. Nabi Musa as dilahirkan pada waktu zaman Fir’aun
menguasai mesir.
Rakyat mesir
ketika itu benar-benar tuntuk pada Fir’aun yang menggunakan system banyak
tuhan, padahal sebelumnya telah berada di jalan yang benar melaui dakwah yang
dilakukan Nabi Yusuf. Sementara anak-anak nabi yakub atau anak-anak
israil juga telah menyimpang dari TAuhid. Mereka mengikuti jalan orang-orang
mesir lainnya. Tidak banyak keluarga yakub yang mempertahankan agama Tauhid,
itupun dilakukan dengan cara tersembunyi.
Lalu tibalah suatu
masa atas bani israil di mana mereka semakin banyak dan semakin menyebar.
Mereka mengerjakan berbagai macam pekerjaan dan mereka memenuhi pasar-pasar di
mesir. Hari demi hari semakin erlalu, kekuasaan mesir diperintah oleh seorang
raja yang bengis yaitu Firaun, dimana-mana orang mesir menyembahnya. Raja yang
jahat ini melihat bahwa bani israil semakin banyak dan semakin berkembanga
serta mempunyai posisi yang penting.
Lalu Fir’aun mengeluarkan perintah yang aneh, yaitu memerintahkan agar
anak yang lahir berjenis kelamin laki laki harus dibunuh. Aturan itupun mulai
dijalankan. Namun para pakar ekonimi berkata kepada Fir’aun; Orang-orang tua
dari bani israil akan mati sesuai dengan ajal mereka, sedangkan anak kecil disembelih
maka ini akan berakhir pada hancurnya dan binasanya Bani Israil namun Firaun
akan kehilangan kekayaan dan asset manusia yang dapat bekerja untuknya atau
menjadi budak-budaknya dan wanita-wanita tidak dapat lagi dimilikinya. Maka
yang terbaik adalah, hendaklah dilakukan suatu proses sebagai berikut : anak
laki-laki disembelih pada tahun pertama, dan hendaklah mereka dibiarkan pada
tahun berikutnya. Fir’aun pun setuju dengan pendapat itu, karena mengganggap
pemikiran itu lebih menguntungkan dari sisi ekonomi.
Suatu hari ibu
nabi Musa mengandung nabi harun, ketika itu adalah tahun dimana anak-anak kecil
laki-laki tidak dibunuh dan ia pun bisa melahirkan dengan terang-terangan.
Namun ketika melahirkan mengandung Nabi Musa as, ia berada di tahun dimana anak-anak
kecil harus di bunuh. Sang ibu pun merasa sangat cemas dan ketahukan yang luar
biasa. Ia takut bahwa jangan-jangan nanti anak yang dilahirkannya akan dibunuh
juga. Ia pun melahirkan secara sembunyi-sembunyi. Dan untuk menyembunyikan
anaknya, sang ibu pun menyusui secara sembunyi-sembunyi. Lalu tibalah suatu
malah yang penuh berkah, dimana saat itu Allah Yang Maha Mengetahui memberi
wahyu kepadanya, sebagai berikut :
“Dan kami ilhamkan
kepada ibu Musa : “Susuilah dia dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka
jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan jangan kamu khawatir dan janganlah (pula)
bersedih hati. Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati.
Karena sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya
(salah seorang) dari para rasul” (Qs 28 : 7)
Mendengar wahyu Allah yang maha kuasai itu dan panggilan yang penuh
kasih saying dan suci itu, ibu Nabi Musa as langsung mentaatinya.Lalu ia
diperintahkan untuk membuat peti kecil untuk Nabi Musa as. Setelah
menyusuinya., ia meletakkannya di peti itu. Kemudian ia pergi ke tepi sungai
nil lalu membuangnya di atas air. Ibu mana yang tega membuang anak yang
dilahirkannya, hatinya penuh derita ketika ia melempat anaknya di sungai nil.
Namun itu merupakan perintah dari Allah yang maha tahu dan maha pengasih serta
penyayang.
Beberapa saat
setelah berada di atas air sungai nil, kemudian Allah memerintahkan arus
sungai nil agar menjadi tenang dan lembut kepada bayi yang dibawanya yang
nantinya akan menjadi Nabi. Sebagaimana Allah yang maha kuasa memerintahkan
kepada api agar menjadi dingin dan membawa keselamatan bagi nabi Ibrahim as,
begitu juga Allah memerintahkan kepada sungai Nil agar membawa Nabi Musa dengan
tenang dan penuh kelembutan sehingga mengarahkannya ke istana raja Fir’aun. Air
sungai Nil tersebut membawa peti yang berisi nabi Musa ke istana raja fir’aun.
DI sana ombak menyerahkannya kepada tepi pantai kemudia ia mewariskan kepada
tepi pantai itu. Dan ANgin berkata kepada rumput yang tidur di sisi peti:
“Jangan engkau banyak bergerak karena Musa sedang tidur. Rumput pun mentaati
perintah angin dan Musa pun tetap tertidur.
Pada suatu ketika, matahari telah menyinari istana raja Fir’aun. Isteri
Fir’aun keluar berjalan-jalan di kebun istana sebagaimana biasanya. Isteri raja
fir’aun tidak sama dengan Fir’aun, Fir’aun merupakan orang kafir, namun
isterinya adalah orang yang beriman. Fir’aun keras kepala, namun isterinya
adalah wanita penyayang. Fir’aun adalah penjahat namun isterinya adalah wanita
yang lembut dan penuh cinta. Namun wanita itu merasakan kesedihan yang dalam
karena ia belum mampu melahirkan anak. Ia ingin sekali memiliki anak.
Ketika ia berhenti di sisi kebun ia mencium baru harum pepohonan di kebun
itu, yang menyebarkan perasaan sedih akan rasa kesendirian. Pada saat
yang sama, para wanita yang membantunya sudah mengisi penuh tempat-tempat air
yang diambil dari sungai nil. TIba tiba mereka menemukan peti di sisi kaki
mereka. Kemudian mereka membawa peti itu kepada isteri Fir’aun. Istri fir’aun
itu memerintahkan untuk membuaknya, setelah peti itu terbuka ia sangat terkejut
ketika isi peti tersebut menampakkan isinya. Isi peti tersebut adalah seorang
bayi laki-laki yang lucu tanpa dosa yang nantinya menjadi Nabi. IStri Fir’aun
merasakan bahwa ia mencintai bayi itu seperti anaknya sendiri. Allah SWT
meneruh dalam hatinya rasa cinta kepada Nabi Musa as sehingga berlinang air
matanya.Setelah menemuikan bayi itu, ia pun membawanya pulang. Ia membolak
balikkan bayi nabi Musa sambil menangis. Kemudian Nabi Musa as terbangun dan
menangis. Nabi Musa tampak lapar ia membutuhkan air susu pagi. Di saat yang
sama Fir’aun sedang duduk di atas meja makan. Ia menunggu istrinya namun
belum juga dating. Fir’aun mulai marah lalu mencarinya. Tiba-tiba ia terkejut
dengan kehadiran isterinya sambil membawa seorang bayi. Isteri fir’aun tampak
menyayanginya. Ia terus menciumnya dan air matanya berlinang. Kemudian raja
fir’aun pun bertanya “dari mana datangnya anak kecil ini?” Kemudian mereka
menceritakan bahwa mereka menemukannya di sebuah peti di tepi sungai. Fir’aun
berkata : “ini adalah salah satu anak Bani Israil. Sesuai dengan peraturan,
anak-anak yang lahir di tahun ini dibunuh” mendengar perkataan dari Fir’aun
itu, ia berteriak dan ia mendekap nabi muas as lebih keras.
Seperti yang tertulis
dalam Al Qur’an
“Dan berkatalah
isteri Fir’aun : “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah
kamu membunuhnya, mudah mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia
menjadi anak, sedang mereka tidak menyadarinya” (Qs. 28:9)
No comments:
Post a Comment