Nabi Musa as adalah cermin lain dari Nabi Ibrahim as. Kedua-keduanya
dari kalangan ulul azmi, tetapi nabi ibrahim as merupakan cermin kesabaran dan
kelebutan sementara itu nabi Musa as merupakan cermin dari kekuatan dan
keperkasaan.
Nabi Musa as
menjadi takut dan terancam di tengah-tengah kota. Beliau berjanji di kemudian
hari bahwa beliau tidak akan lagi menjadi sahabat orang-orang yang berbuat
jahat. Beliau tidak akan lagi terlimbat dalam pertengkaran dan permusuhan
antara sesame penjahat. Di tengah-tengah perjalanannya, nabi Musa as dikagetkan
ketika melihar seorang yang ditolongnya kemaren itu kini memanggilnya lagi dan
meminta tolong pada pada nabi Musa. Dan lagi lagi orang itu terlibat permusuhan
dan pertengkaran dengan orang mesir. Nabi muas as mengetahui bahwa orang Israel
ini berbuat aniaya. Nabi Musa as mengetahui bahwa ia termasuk seorang preman di
wilayah itu. AKhirnya, nabi Musa as berteriak di depan wajan orang israil itu
sambil berkata : “SUngguh ternyata engkau adalah orang yang jahat”
Nabi Musa as mengatakan ucapan itu sambil mendorong kedua orang itu dan
ia melerai pertengkaran. Orang israil itu mengira bahwa nabi Musa akan
mencelakainya maka ia diliputi rasa takut. Sambil meminta kasih saying kepada
Nabi Musa as, ia berkata : “Wahai Musa apakah kamu akan membunuhku
seperti kamu membunuh orang yang kemaren. Apakah kamu ingin menjadi penguasa di
muka bumi ini dan tidak ingin menjadi orang yang memperbaiki bumi.” Ketika
mendengar orang israil mengatakan demikian, nabi Musa as berhenti dan amarahnya
mereda. Nabi Musa as mengingat apa yang dilakukannya kemaren dan bagaimana ia
meminta ampun dan bertaubat serta berjanji tidak menjadi pembantu orang-orang
yang berbuat jahat. Nabi Musa as kemudian kembali dan meminta ampun kepada
Tuhannya.
Orang mesir yang
berkelahi dengan orang Israel itu mengetahui bahwa nabi Musa as adalah pembunuh
orang mesir yang mayatnya ditemukan oleh mereka kemaren. Petugas keamanan mesir
tidak berhasil menyikap kasus pembunuhan itu. Akhirnya rahasia nabi muas as
terungkap, lalu seorang pria dari mesir yang beriman datang dari penjuru kota.
Ia membisikkan kepada nabi Musa as bahwa ada suatu rencana untuk membunuhnya.
Pria itu menasehati nabi Musa agar ia meninggalkan mesir secepatnya, Allah swt
berfirman
“Karena itu,
jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat
perbuatannya), maka tiba tiba orang yang meminta pertolongan kemaren berteriak
meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya : “Sesungguhnya kamu
benar-benar orang yang sehat yang nyata (kesesatannya), maka tatkala Musa
memegan dengan keras orang yang menjadi musuk keduanya, musuhnya berkata :
“Hai Musa apakah
kamu bermaksud untuk membunuhku, sebagaimana kamu kemaren telah membunuh
seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang
berbuat sewenang-webang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah
seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian”. Dan datanglah seorang
laki-laki dari ujung kota tergesa-gesa seraya berkata :
“Hai Musa,
sesungguhnya pembesar sedang berunding tentang kamu. Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang memberi nasihat kepadamu” (Qs : 28 : 18 – 20)
Para penguasa atau
para pembesar yang bertanggung jawab pada keamanan menyiapkan persekutuan untuk
menyingkirkan nabi Musa as. Akhirnya kesempatan emas itu tiba. Para pembantunya
mengatakan kepadanya bahwa nabi Musa merupakan orang yang membunuh orang mesir
yang mereka temukan jasadnya kemaren. Selesai urusan ini. Kemudian datanglah
perintah dan kesempatan untuk membunuh nabi Musa as. ORang-orang yang membenci
nabi Musa as mulai mendapatkan angina kegembiraan di mana mereka akan melihat
nabi Musa as terbunuh, tetapi Allah yang maha tahu mengirim orang mesir yang
baik untuk mengingatkan nabi Musa agar berlari dari kejaran orang-orang yang
lalim. Allah berfirman seperti yang tercantum dalam AL qur an
“Maka keluarkanlah
Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia
berdoa : ‘Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang lalim itu’.” (Qs.
28 : 21)
Nabi Musa as
meninggalkan kota dan menjadi orang yang terusir. Nabi Musa as segera keluar
dalam keadaan takut dan sambil waspada nabi Musa as selalu berdoa dalam hatinya
: “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang lalim”. Kaum itu memang
benar-benar orang-orang lalim.
Mereka ingin menerapkan hukuman bagi pembunuh dengan sengaja atas nabi
Musa as, padahal nabi Musa as tidak melakukan selain berusaha memisahkan orang
yang berkelahi tetapi dengan tidak senagaja ia membunuhnya. Nabi Musa as segera
keluar dari Mesir. Beliau tidak lagi pergi ke istana firaun dan tidak mengganti
pakaiannya, dan tidak membawa makanan untuk perjalanan. Beliau tidak membawa
binatang tunggangan yang dapat mengantarkannya. Beliau juga tidak pergi bersama
suatu kafilah. Beliau langsung pergi ketika mendapatkan kabar dari seorang
mukmin yang mengingatkannya dari ancaman firaun.
No comments:
Post a Comment