Allah SWT berkata
kepada Musa dan Harun :
“Maka datanglah
kamu berdua kepadanya (firaun) dan katakanlah : “sesungguhnya kami berdua
adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah
kamu menyiksa mereka” (Qs. 20 : 47)
Inilah tugas yang ditetukan, yaitu tugas yang akan berbenturan dengan
ribuan tantangan. Fir’aun menyiksa bani israil dan menjadikan mereka
budak-budak dan memaksa mereka untuk bekerja di luar kemampuan mereka. Firaun
juga menodai kehormatan wanita-wanita mereka dan menyembelih anak laki-laki
mereka. Nabi Musa as mengetahui bahwa rezim mesir berusaha untuk memeprbudak
bani israil dan mengekspliotasi mereka di luar kemampuan mereka demi kepentinan
penguasa. Tetapi nabi Musa as tetap memperlakukan dan menghadapi Firaun dengan
penuh kelembutan dan kasih sayang sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT
kepadanya :
“pergilah kamu
berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, maka berbicaralah
kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia
ingat atau takut” (qs. 20 : 43 – 44)
Nabi Musa as bercerita kepada firaun tentang siapa sebenarnya Allah SWT,
tentang Rahmat-Nya, tentang surga-Nya, dan tentang kewajiban mengesankan-Nya
dan menyembah-Nya. Beliau berusaha membangkitkan aspek-aspek kemanusiaan
firaun melalui pembicaraan tersebut. FIraun mendengarkan apa yang
dikatakan oleh Nabi Musa as dengan penuh kebosanan. Firaun membayangkan bahwa
seseorang yang diharapannya adalah orang gila yang nekat untuk menentang dan menggoyang
kedudukannya.
Kemudian firaun
mengangkat tangannya dan berbicara
“apa yang engkau
inginkan, hai Musa?
Nabi Musa as
menjawab :
“Aku ingin agar
engkau membebaskan bani israil”
Fir’aun bertanya :
“Mengapa aku harus
membebaskan mereka bersamamu sementara mereka adalah budak-budakku?”
Musa menjawab :
“mereka adalah
hamba-hamba Allah SWT, Tuhan pengatur alam semesta”
Dengan nada
mengejek Fir;aun bertanya :
“Bukankah engkau
mengatakan bahwa namamu Musa?”
Nabi Musa as
menjawab :
“benar”
Firaun berkata :
“Bukankah engkau
yang kami temukan di sungail Nil saat engkau masih kecil yang tidak mempunyai
daya dan kekuatan? Bukankah engkau Musa yang aku didik di istana ini, lalu
engkau memakan makanan kam dan meminum air kami, dan engkai menikmati
kebaikan-kebaikan dari kami? Bukankah engkau yang membunuh seseorang lalu
setelah itu engkau lari? Tidakkah engkau ingat semua itu? Bukankah mereka
mengatkaan bahwa pembunuhan merupakan suatu kekufuran? Kalau begitu, engkau
seorang kafir dan engkau seorang pembunuh. Jadi engkau adalah Musa yang lari
dari hokum mesir. Engkau adalah seseorang yang lari dan menghindari keadilan.
Lalu sekarang engkau datang kepadaku dan berusaha berbicara denganku. Engkau
berbicara tetang apa hai Musa. Sungguh aku telah lupa”
“siapakah Tuhan
semesta alam itu?” (Qs. 26 : 23)
Nabi Musa as
menjawab :
“Tuhan pencipta
lagi dan bumi dan apa-apa yang di antaranya keduanya (itulah Tuhanmu), jika
kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya” (Qs 26 : 24)
Berkata firaun
kepada orang-orang sekelilingnya :
“Apakah kamu tidak
mendengarkan?” (Qs. 26 : 25)
Musa berkata dan
tidak memperdulikan ejekan Firaun itu :
“Tuhan kamu dan
Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu” Qs. 26 : 26)
Firaun berkata
bahwa nabi Musa as adalah tukang sihir dan jika sihir itu yang akan dibanggakan
oleh nabi Musa as, maka iapun mempunyai tukang-tukang sihir pula.
Lalu firaun
mengumpulkan tukang-tukang sihirnya, untuk bertanding melawan nabi Musa as di
suatu area yang telah ditentukan waktu dan tempatnya.
Di antara mereka
ada yang melemparkan tali, tongkat, maka berubahlah tongkat dan tali itu
menjadi ular yang menjalar. Lalu nabi Musa as merasa takut, karena telah
dikelilingi ular-ular yang berbisa.
Lalu Allah
memerintahkan kepada Musa dengan firmanNya :
“Lemparkanlah
tongkat yang ditangan kananmu, nanti berubah menjadi ular yang besar yang akan
menelan segala perbuatan mereka itu, sesungguhna kerja mereka itu adalah tipu
daya tukang sihir saja dan sekali-kali tidaklah akan menang tukan sihir itu,
meskipun bagaimanapun juga”
Kemudian semua ahli sihir itu tunduk sujud kepada Nabi Musa as. Karena
melihat tukang sihirnya telah beriman kepada nabi Musa demikian pula isterinya
(siti asiah), maka firaun bertambah kemarahannya, sehingga isterinya disiksa
hingga meninggal, demikian juga orang-orang yang beriman disiksa dengan sangat
berat.
Akhirnya nabi Musa
as bersama-sama orang yang beriman pergi keluar dari mesir, setelah mereka
tidak berdaya lagi di negeri Mesir, maka dikejarlah mereka sampai ke laut
merah, dan laut pun berubah menjadi jalan besar dan membelah menjadi dua untuk
dilalui nabi Musa as dengan pengikut-pengikutnya.
Ketika firaun
dengan bala tentaranya mengejar dari belakang dan ketika mereka sampai di
pertengahan laut, maka air lauput pun bertaut kembali menjadi satu, kemudian
mereka tenggelam semuanya, sebagaimana firman Allah :
“Maka firaun
dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang
menenggelamkan mereka” (Qs. 20 : 78)
Setelah nabi Musa
as, dan kaumnya bebas dari kejaran firaun, awalnya mereka mengembara. Pada saat
mereka mengembara, dan tiba di suatu tempat mereka melihat para penyembah
berhala. Dan kaum nabi Musa ingin melakukan hal yang sama seperti yang mereka
lakukan. Namun nabi Musa as mengingatkannya, mereka pun tersadar dan lalu
bertaubat karena keinginan mereka untuk berbuat syirik.
Kemudian mereka
melanjutkan perjalanan mencari tempat tinggal yang sesuai untuk ditempati.
Lembah, bukit dan padang pasir pun mereka lewati. Dan ketika mereka berada di
tengah-tengah padang pasir yang tandus, mereka berkata : “WAhai, nabi Allah,
mintalah kepada Allah Supaya menurunkan makanan dan minuman untuk kami”,
kemudian nabi Musa as pun berdoa dan Allah SWT mengabulkan doa nabi Musa as.
Langi pun melimpahkan makanan untuk mereka. Betapa pemurahnya Allah kepada para
hamba-Nya, padahal mereka sebelumnya pernah berniat untuk menyekutukan-Nya.
Kemudian Nabi Musa
as mengajarkan isi Taurat kepada umatnya. Nabi Musa as meninggal dunia di
padang Tih pada usia yang ke 120 tahun.
No comments:
Post a Comment