Nabi Musa as berjalan melalui jalan yang tidak biasanya dilalui
orang. Nabi muas memasukin gurun dan ia menuju ke suatu tempat yang
disitu Allah membimbingnya. Ini adalah pertama kalinya beliau keluar dan
mengarungi gurun pasir sendirian. Kemudian nabi Musa tiba di suatu tempat yang
bernama Madyan. Nabi Musa istirahat dan duduk-duduk di dekat sumur yang bersar
dimana disitu orang-orang mengambil air untuk memberi minum binatang tunggangan
mereka dan juga binatang gembalaan mereka. Nabi Musa as tidak membawa makanan
selain daun-daun pohon. Nabi Musa as minum dari sumur-sumur yang ditemukannya
di tengah jalan. Sepanjang perjalanan Nabi Musa merasakan ketakukan, jangan
jangan firaun mengirim orang untuk menangkapnya. Ketika nabi Musa as sampai di
kota madyan nabi Musa as berbaring di sisi pohon dan beristirahat. Nabi Musa as
merasa lapar dan keletihan. Sandal yang dipakai olehhnya terlihat mulai rusak.
Beliau tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli sandal baru, dan beliau
juga tidak mempunya uang yang cukup untuk membeli minuman atau makanan.
Nabi Musa as memperhatikan kumpulan pengembala yang sedang mengambil air
untuk kambing-kambing mereka. Nabi Musa as ingat bahwa ia sedang lapar dan
haus. Ia berkata dalam hati : “Aku dapat memenuhi perutuku dengan air selama
aku tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli makanan:, nabi Musa kemudian
berjalan ke tempar air. Sebelum sampai, ia mendapati dua orang perempuan yang
sedang memisah kambing-kambingnya agar jangan sampai tercampur dengan kambing
orang lain. Melalui ilham, nabi Musa as merasa bahwa kedua wanita itu
membutuhkan pertolongan. Nabi Musa as lupa terhadap rasa hausnya, lalu beliau
menuju kea rah mereka dan bertanya, apakah ia dapat membantu mereka? Lalu
seorang gadis yang paling tua berkata :
“kami menunggu
sampai selesainya para gembala itu mengambil air untuk binatang
gembalaanmereka” lalu nabi Musa bertanya :
“Mengapa kalian
tidak mengambil air sekarang?” kemudian gadis kecil berkata :
“Kami tidak mampu
untuk berdesak-desakan dengan kaum pria”. Nabi Musa as keheranan karena
mengetahui kedua gadis itu menggembala kambing. Seharusnya yang menggembala
kambing adalah kaum pria. Itu merupakan tugas berat dan sangat melelahkan,
tidak semestinya wanita menggembala.
“Mengapa kalian
mengembala kambing” Gadis yang kecil mengatakan lagi :
“Orang tua kami
sudah tua dimana kesehatannya tidak dapat membantunya untuk keluar dari rumah
dan mengembala kambing setiap hari”. Mendengar hal itu Nabi Musa as lalu
berkata :
“Kalau begitu, aku
akan membantu kalian untuk mengambil air itu”
Nabi Musa as berjalan menuju tempat air. Nabi Musa air mengetahui bahwa
para pengembala meletakkan di atas bibir suatu air suatu batu besar yang tidak
bisa digerakkan kecuali oleh sepuluh orang. Nabi Musa as merangkul dan
mengangkatnya dari bibir sumur. Otot-otot nabi Musa as tampak menonjol saat
memindahkan batu itu. Nabi Musa merupakan pria yang kuat. Akhirnya, nabi Musa
as berhasil mengambil air untuk remaja putrid itu, dan kemudian ia
mengembalikan batu itu ke tempatnya. Nabi Musa as kembali duduk di bawah
naungan pohon. Saat itu nabi Musa as lupa untuk minum. Perut nabi Musa menempel
ke punggungnya karena karena saking laparnya. Nabi Musa as mengingat Allah yang
maha esa dan memanggil Nya dalam hati :
“Maka Musa memberi
minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudia dia kembali ketempat yang
terduh lalu berdoa : “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu
kebaikan yang engkau turunkan kepadaku” (Qs. 28 : 24)
Kedua gadis itu
kembali ke rumah ayahnya. Si ayah bertanya :
“Hari ini kalian
kembali lebih cepat dari biasnaya?”
Gadis yang paling
tua berkata :
“Sungguh hari ini
kami sangat beruntung. Wahai ayah, kami bertemu dengan seorang pria yang mulia
yang mengambilkan air bagi hewan kami sebelum orang-orang lain mengambilnya”
Si ayah berkata
“Alhamdulullah”
Gadis yang paling
kecil berkata
“saya kira wahai
ayahku dia datang dari tempat yang jauh dan tampak ia sedang lapar. Saya
melihat dia dalam keadaan kecapaian meskipun ia seorang pria yang kuat”
Lalu si ayah
berkata kepada anak perempuannya :
“Pergilah engkau
padanya dan katakana, sesungguhnya ayahku memanggilmu untuk memberimu upah atas
jasamu mengambilkan air untukku”.
Kemudian anak perempuan itu pergi menemui Nabi
Musa as dalam keadaan hatinya berdebar-debar. Perempuan itu berdiri di depan
Nabi Musa as dan menyampaikan surat dari ayahnya. Nabi Musa as bangkit dari
tempat duduk dan pandangannya tertuju ke bawah. Nabi Musa as tidak bermaksud
mengambilkan air untuk mereka dengan tujuan mengharapkan upah dari mereka.
Beliau membantu mereka hanya semata-mata karena Allah SWT. Beliau merasakan
dalam dirinya bahwa Allah SWT lah yang menggerakkan beliau untuk membantu
mereka.
Gadis itu berjalan di depan Nabi Musa as kemudian bertiuplah angin dan
menyentuh pakaiannya sehingga nabi Musa as menunduk padangan matanya karena merasa
malu. Nabi Musa as berkata kepada gadis itu :
“saya akan
berjalan di depanmu dan tunjukkanlah jalan padaku”.
Mereka pun sampai di kediaman si ayah.
Sebagian ahli tafsir mengatakan bawah si saya ini adalah Nabi Syu’aib as.
Beliau memperoleh usia panjang setelah kematian kaumnya. Orang tua itu
menghidangkan kepada nabi Musa as makan siang dan bertanya kepadanya dari mana
ia datang dan kemudian ke mana ia akan pergi,
Nabi Muas as
mengungkapkan ceritanya. Orang tua itu berkata kepadanya, jangan khawatir dan
jangan takut. Engkau akan selamat dari orang-orang yang lalmi. Negeri ini tidak
tunduk pada mesir dan mereka tidak akan sampai di sini. Mendengar ucapan itu,
nabi Musa as menjadi tenang dan bangkit untuk pergi. Salah seorang anak
perempuan itu berkata kepada ayahnya dengan berbisik :
“wahai ayahku,
berilah dia upah. Sesungguhnya engkau akan memberikan upah kepada seorang yang
kuat dan jujur”
Si ayah bertanya
kepadanya :
“bagaimana engkau
mengetahui dia seorang lelaki yang kuat”
Anak perempuannya
menjawab
“Saya lihat
sendiri ia mengangkat batu yang tidak mampu diangkat oleh sepuluh orang lelaki”
Si ayah bertanya
lagi :
“Bagaimana engkau
mengetahui bahwa dia seorang yang jujur”
Perempuan itu
menjawab :
“Ia menolak untuk
berjalan di belakangku dan ia berjalan di depanku sehingga ia tidak melihatku
saat aku berjalan. Dan selama perjalanan saaat aku berbincang-bincang denganya,
dia sellau menundukkan matanya ke tanah sebagai rasa malu dan adab yang baik darinya”
Kemudian orang tua
itu memandangi Nabi Musa as dan berkata kepadanya :
“Wahai Musa, aku
ingin menikahkanmu dengan salah satu putriku. Dengan syarat, hendaklah engkau
bekerja menggembala kambing bersamaku selama delapan tahun. Seandainya engkau
menyempurnakan sepuluh tahun maka itu adalah kemurahan darimu. Aku tidak ingin
menyusahkanmu, sungguh insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang saleh”
Nabi Musa as
kemudian berkata :
“Ini adalah
kesepakatan antara aku dan engkau dan Allah SWT sebagai saksi atas kesepakatan
kita, baik aku akan melaksanakan pekerjaan selama delapan tahun maupun sepuluh
tahun. Setelah itu, aku bebas untuk pergi ke mana saja”
Allah SWT
berfirman
“Kemudian
datanglah kepada Musa seorang dari kedua wanita itu berjalan malu-malu, ia
berkata :
“Sesungguhnya
bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan) mu memberi
minum (ternak) kami”. Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu’aib) dan
menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu’aib berkata :
“Janganlah kamu
takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang lalim itu” Salah seorang dari
kedua wanita itu berkata :
“Wahai bapakku,
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang
yang aling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat
lagi dapat dipercaya. Berkatalah dia (Syu’aib)
“sesungguhnya aku
bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas
dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh
tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak berhak
memberatkan kamu. Dan kamu insyaAllah akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang baik”. Dia (Musa) berkata :
“itulah
(perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan
itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan
Allah adalah saksi atas apa yang aku ucapkan” (Qs. 28 : 25 – 28)
Lalu menikahlah
nabi Musa as dengan salah satu anak gadis dari nabi SYu’aib as dan perjanjian
yang telah ditentukan itu telah dijalankan dan dilaksanakan oleh Nabi Musa as.
Demikianlah nabi
Musa mengabdi kepada Nabi Syu’aib as selama sepuluh tahun penuh. Pekerjaan Nabi
Musa as terbatas pada keluar dari rumah di waktu pagi untuk mengembala kambing.
Sepuluh tahun waktu yang dihabiskan oleh Nabi Musa as di Madyan merupakan suatu
ketentuan yang dirancang oleh Allah SWT.
No comments:
Post a Comment