Nabi Musa as berdiri dalam
keadaan bingung dan tubuhnya tampak menggigil di tengah-tengah
keluarganya. Kemudian Nabi Musa as mengangkat kepalanya dan menyaksikan
sesuatu dari jauh. Sesuatu yang beliau saksikan adalah api yang sabat besar
yang menyala-nyala dari kejauhan. Maka hati bai Musa as dipenuhi dengan rasa gembira. Ia
berkata kepada keluarnya :
“Aku melihat api di sana”
Lalu beliau memerintahkan kepada mereka untuk tinggal di
tempatnya sehingga beliau pergi ke api itu. Mungkin di sana beliau mendapatkan
sesuatu berita atau akan menemukan seseorang yang dapat memberinya petunjuk
sehingga beliau tidak tersesat, atau beliau dapat membawa segian api yang
menyala sehingga tubuh mereka menjadi hangat.
Keluarganya melihat api yang diisyaratkan oleh nabi Musa
as tetapi sebenarnya mereka tidak melihat sesuatu apapun. Mereka tetap
menantinya dan duduk sambil menunggu kedatangan nabi Musa as. Nabi Musa as
bergera menuju ke tempat api. Nabi Musa as segera berjalan dan menghangatkan
tubuhnya, sementara tangan kanannya memegang tongkatnya dan tubuhnya tampak
basah kuyup karena hujan. Nabi Musa as tetap berjalan sampai ia mencapai suatu
lembah yang bernama Thua’. Beliau menyaksikan sesuatu yang unik di lembat ini.
Di lembah itu tidak ada rasa dingin dan tidak ada angina yang bertiup. Yang ada
hanya keheningan. Nabi Musa as mendekati api. Belum lama beliau mendekatnya
sehingga beliau mendekar suara panggilan :
“Maka tatkala dia tiba di (tempat) api itu, diserulah dia
: ‘bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan
orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan maha suci Allah, Tuhan semesta alam
(Qs. 27 : 8)
TIba tiba nabi Musa as berhenti
dan badannya menggigil. Suara itu tampak terdengar dan datang dari segala
tempat dan berasal dari tempat tertentu. Nabi mua as melihat api dan beliau
kembali merasa menggigil. Nabi Musa as melihat api dan beliau kembali merasa
menggigil. Beliau mendapati suatu pohon hijau dari duri dan setiap kali pohon
itu terbakar dan berkobarlah api darinya maka pohon itu justeri semakin
menghijau. Seharusnya pohon itu berubah warnah menjadi hitam saat terbakar,
tetapi anehnya api justru meningkatkan warna hijaunya. Nabi Musa as tetap
menggigil mekipun beliau merasakan kehangatan dan tampak mulai berkeringat.
LEmbah tempat nabi Musa as berdiri adalah lembah Thua’.
Nabi Musa as meletakkan kedua tangannya di atas kedua matanya karena saking
dahsyatnya cahaya. Beliau melakukan yang demikian itu sebagai usaha untuk
melindungi kedua matanya. Kemudian nabi Musa as bertanya dalam dirinya”
“INi cahaya atau api?” Tiba tiba beliau tersungkur ke
tanah sebagai wujud rasa takut, lalu Allah SWT memangggil :
“Maka ketika ia datang ke tempat itu ia dipanggil: wahai
Musa” (QS. 20 : II)
Nabi Musa as mengangkat kepalanya dan berkata :
“Ya”
Allah berkata :
Sesungguhnya aku inilah Tuhanmu, maka tinggalkanlah kedua
terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, thuwa’ (Qs. 20 : 12)
Nabi Musa as ruku dan melepas kedua sandalnya, kemudian
Allah SWT kembali berkata :
“Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang
akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan
(yang hak) selain aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat
aku. Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku merahasiakan (waktuhny) agar
supaya tiap tipa dari itu dibalas dengan apa yang diusahakan. Maka sekali-kali
janganlah kamu dipalingkan darinya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan
oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu binasa. “Qs. 20
: 13 – 16)
Nabi Musa as semakin gemetar saat beliau menerima wahyu
Ilahi dan saat berdialog dengan Allah SWT. Allah yang maha pengasih dan penyayang
itu berkata :
“Apakah itu yang ada di tangan kanamu, hai Musa?” (Qs. 20
: 17)
Bertambah keheranan nabi Musa as. Allah SWT adalah zat
yang mengajaknya berbicara dan tentu lebih mengetahui dari nabi Musa as tentang
apa yang dipegangnya, lalu mengapa Allah SWT bertanya kepada jika memang Dia
lebih mengetahui darinya. Tak ragu lagi bahwa di sana ada hikmah yang tinggi.
Nabi as menjawab pertanyaan itu dengan suara yang tampak menggigil :
“Berkata Musa : “ini adalah tongkatku, aku bertumpu
padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan abgiku ada lagi
kepeluan yang ada padanya” (qs. 20 : 18)
Allah befirman : lemparkanlah ia, hai Musa! (Qs : 20 :
19)
Nabi Musa as melemparkan tongkatnya dari tangannya dan
rasa herannya semakin menjadi-jari. Tiba-tiba nabi Musa as dikagetkan ketika
melihat tongkat itu menjadi ular yang besar. Ular itu bergerak dengan cepat.
Nabi Musa as tidak mampu lagi menahan rasa takutnya. Nabi Musa as merasa
tubuhnya bergetar karena rasa takut. Nabi Musa as membalikkan tubuhnya karena
takut dan ia mulai lari. Belum lama ia lari, belum sampai dua langkah, Allah
SWT memanggilanya :
“Dan lemparkanlah tongkatmu”, maka tatkala (tongkat itu
menjadi luar) dan Musa melihatnya bergerak-gerak seperti seekor ular yang
gesit. Larilah ia berbalik kebelakang tanpa menoleh. “Hai Musa, janganlah kamu
takut, sesungguhnya orang menjadi rasul, tidak takut di hadapanku” (Qs 27
:10)
“Hai Musa, datanglah kepadaKu dan janganlah kamu takut.
Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman” (qs. 28 : 31)
Nabi Musa as kembali memutar badannya dan berdiri.
Tongkat itu tampak bergerak dan ular itupun tetap bergerak. Allah SWT berkata
kepada Musa :
“Peganglah ia dan janganlah takut, kami akan
mengembalikan kepadanya keadaannya semula” (qs. 20 :21)
Nabi Musa as mengulurkan tangannya ke ular itu dalam
keadaan menggigil. Nabi Musa as belum sempat menyentuhnya sehingga ular itu
menjadi tongkat. Demikianlah perintah Allah SWT terjadi dengan cepat. Kemudian
Allah SWT memerintahkan kepadanya :
“Masukanlah tangganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar
putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke
dada)mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu
(yang akan kamu hadapkan kepada Fir;aun dan pembesar-pembesaranya).
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Qs : 28 : 32)
Nabi Musa as meletakkan tangannya di kantorngnya lalu ia
mengeluarkannya dan tiba-tiba tangan itu bersinar bagaikan bulan. Kembali rasa
kagum Nabi Musa as bertambah. Lalu ia meletakkan tangannya di dadanya
sebagaimana diperintahkan Allah SWT padanya sehingga rasa takutnya benar-benar
hilang.
Nabi Musa as merasa tenang dan terdiam. Kemudian Allah
SWT memerintahkan kepadanya setelah beliau melihat kedua mukjizat itu, yaitu
mukjizat tangan dan mukjizat tongkat untuk pergi menemui Firaun dan berdakwah
kepadanya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, dan Allah SWT memerintahkan
kepadanya untuk mengeluarkan Bani Israil dari mesir. Nabi Musa as manampakkan
rasa takutnya kepada Fir’aun. Nabi Musa as berkata bahwa ia telah membunuh
seseorang di antara mereka dan beliau khawatir mereka akan membunuh dan
membalasnya. Nabi Musa as meminta kepada Allah SWT dan memohon kepada-Nya agar
mengirim saudaranya Nabi Harun as bersamanya. Allah SWT menenangkan Nabi Musa
as dengan mengatakan bahwa dia akan selalu bersama mereka berdua. Dia mendengar
dan menyaksikan gerak-gerik dan perbuatan mereka. Meskipun Firaun terkenal
dengan kejahatannya dan kekuatannya, namun kali ini Fir’aun tidak akan mampu
menggangu atau menyakiti mereka. Allah SWT memberitahu Nabi Musa as, bahwa
Dia-lah yang akan menang. Nabi Musa as berdoa dan memohon kepada Allah SWT agar
melapangkan hatinya dan memudahkan urusannya serta memberinya kekuatan dalam
berdakwah di jalan-Nya.
Allah SWT telah memilih Nabi Musa as. Itu adalah salah
satu puncah kemuliaan di mana tidak ada seorang pun di zaman itu yang mampu
mencapainya selain nabi Musa as. Nabi Musa as kembali untuk menemui keluarganya
setelah Allah SWT memilihnya sebagai rasul dan utusan untuk berdakwah ke
Fir’aun. Akhirnya. Nabi Musa as beserta keluarganya berjalan menuju ke Mesir.
Hanya Allah SWT yang mengetahui pikiran-pikiran apa yang terlintas di dalam
diri Nabi Musa as saat beliau mengayunkan langkahnya menuju ke mesir.
Nabi Musa as mengetahui bahwa Fir’aun adalah orang yang
jahat. Fir’aun akan berusaha memberhentikan langkah dakwahnya dan firaun akan
menentangnya tetapi Allah SWT memerintahkannya untuk pergi ke firaun dan
berdakwah kepadanya dengan kelembutan dan kasih sayang. Allah SWT mewahyukan
kepada Nabi Musa as bahwa Firaun tidak akan beriman tetapi Nabi Musa as tidak
peduli dengan hal itu. Beliau diperintahkan untuk melepaskan bani israil yang
sedang disiksa oleh Firaun.
No comments:
Post a Comment